Manusia dan Keindahan

07.29

A. Keindahan
               Kata keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek dan sebagainya. Keindahan adalah identik dengan kebenaran. Keindahan juga bersifat universal, artinya tidak terikat oleh selera perseorangan, waktu dan tempat, selera mode, kedaerahan atau lokal.

a. Apakah keindahan itu?
Terdapat perbedaan luasnya pengertian, yakni :
  1. Keindahan dalam arti luas
  2. Keindahan dalam arti estetis murni
  3. Keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan.
               Keindahan dalam arti luas merupakan pengertian semula dari bangsa Yunani dulu yang didalamnya tercakup pula kebaikan. Plato misalnya menyebut watak yang indah dan hukum yang indah, sedang Aristoteles merumuskan keindahan sebagai suatu yang selain baik juga menyenangkan. Plotinus menulis tentang ilmu yang indah dan kebajikan yang indah. Tapi bangsa Yunani juga mengenal pengetian keindahan dalam arti estetis yang disebut "symmetria" untuk keindahan berdasarkan penglihatan (misalnya pada karya pahat dan arsitektu) dan harmonia untuk keindahan berdasarkan pendengaran (musik). Jadi pengertian keindahan yang seluas-luasnya meliputi keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral dan keindahan intelektual.
               Keindahan dalam arti estetis murni menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang cerapnya. Sedangkan keindahan dalam arti terbatas lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang dicerapnya dengan penglihatan, yakni berupa keindahan dari bentuk dan warna.

b. Nilai estetik
               Nilai yang terhubung dengan segala sesuatu yang tecakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetik. Tentang nilai ada yang membedakan antara nilai subyektif dan nilai obyektif, atau ada yang membedakan nilai perseorangan dan nilai kemasyarakatan. Tetapi penggolongan yang penting adalah nilai ekstrinsik dan nilai instrinsik.
               Nilai ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana uuntuk sesuatu hal lainnya (instumental/contributory value), yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau membantu. Niali instrinsik adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, atau sebagai suatu tujuan, ataupun demi kepentingan benda itu sendiri.

c. Kontemplasi dan ekstansi
               Keindahan yang didasarkan pada selera seni didukung oleh faktor kontemplasi dan ekstansi. Kontemplasi adalag dasar dalam diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah. Ekstansi adalah dasar dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan dan menikmati sesuatu yang indah. 
               Apabila kontemplasi dan ekstansi itu dihubungkan dengan kreativitas, maka kontemplasi itu faktor pendorong untuk menciptakan keindahan, sedangkan ekstansi itu merupakan faktor pendorong untuk merasakan, menikmati keindahan. 

d. Apa sebab manusia menciptakan keindahan?
               Pengungkapan keindahan dalam karya seni didasari oleh motivasi tertentu dan dengan tujuan tertentu pula. Motivasi itu dapat berupa pengalaman atau kenyataan mengenai penderitaan hidup manusia, mengenai kemorosotan moral, mengenai perubahan nilai-nilai dalam masyarakat, mengenai keagungan Tuhan dan lainnya. Berikut ini diuraikan alasan/motivasi dan tujuan seniman menciptakan keindahan.
  1. Tata nilai yang telah usang. Tata nilai yang terjelma dalam adat istiadat ada yang tidak sesuai lagi dengan keadaan, sehingga dirasakan sebagai hambatan yang merugikan dan mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan, misalnya kawin paksa, pingitan, derajat wania lebih rendah dari derajat laki-laki. Hal ini menjadi tema para sastrawan zaman Balai Pustaka, dengan tujuan untuk merubah keadaan dan memperbaiki nasib kaum wanita. Sebagai contoh novel yang menggambarkan keadaan ini ialah "Layar Kembang" oelh Sutan Takdir Alisyahbana, "Siti Nurbaya" oleh Marah Rusli.
  2. Kemerosotan zaman. Keadaan yang merendahkan derajat dan nilai kemanusiaan ditandai dengan adanya kemerosotan moral. Kemerosotan moral dapat diketahui dari tingkah laku dan perbuatan manusia yang bejad terutama dari segi kebutuhan seksual. Kebutuhan seksual ini dipenuhinya tanpa menghiraukan ketentuan-ketentuan hukum agama dan moral masyarakat. Sebagai contoh ialah karya seni berupa sanjak yang dikemukakan oleh W.S.Rendra berjudul "Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta". Di sini pengarang memprotes perbuatan bejad para pejabat, yang merendahkan derajad wanita dengan mengatakan sebagai inspirasi revolusi, tetapi tidak lebih hancur dari pelacur.
  3. Penderitaan manusia. Banyak faktor yang membuat manusia itu menderita. Tetapi yang paling menentukan ialah faktor manusia itu sendiri. Manusialah yang membuat orang menderita sebagai akibat dari nafsu ingin berkuasa, serakah, tidak berhati-hati dan sebagainya.
  4. Keagungan tuhan. Keagungan Tuhan dapat dibuktikan melalui keindahan alam dan keteraturan alam semesta seta kejadian-kejadian alam. Keindahan alam merupakan keindahan mutlak ciptaan Tuhan. Manusia hanya dapat meniru saja keindahan ciptaan Tuhan itu.
d. Keindahan menurut pandangan romantik
               Dalam buku AN Essay on Man (1954), Erns Cassirer mengatakan bahwa arti keindahan tidak pernah selesai diperdebatkan. Meskipun demikian, kita dapat menggunakan kata-kata penyair romantik John Keats (1794-1821) sebagai pegangan. Dalam Endymion dia berkata :
A thing of beuty is a joy forever
its loveliness iscreases; it will never pass into nothingness
               Dia mengatakan bahwa sesuatu yang indah adalah keringanan selama-lamanya, kemolekannya bertambah dan tidak berlalu ke ketiadaan. Dari sini kita mengetahui bahwa keindahan hanyalah sebuah konsep yang baru berkomunikasi seteh mempunyai bentuk. Karena itu dia tidak berbicara langsung mengenai keindahan, akan tetapi sesuatu yang indah. 
               Dalam sajak di atas, Keats mengambil bahannya dari Endymion yang terdapat dalam mitologi Yunani kuno. Endymion dalam mitologi itu sendiri merupakan penjabaran dari konsep keindahan pada jaman Yunani kuno. Menurut mitologi Yunani ini, Endymion adalah seorang gembala yang oleh para dewa diberi keindahan abadi. Dia selalu muda, selamanya tidur dan tidak pernah diganggu oleh siapapun.

B. Renungan
               Renungan berasal dari kata renung; artinya diam-diam memikirkan sesuatu, atau memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil merenung. Dalam merenung untuk menciptakan seni ada beberapa teori. Teori-teori ialah :

a. Teori Pengungkapan
               Dalil dari teori ini ialah bahwa "Art is an expression of human feelng" (seni adalah suatu pengungkapan dari  perasaan manusia). Teori ini terutama bertalian dengan apa yang dialami oleh seorang seniman ketika menciptakan suatu karya seni. Tokoh teori ekspresi yang paling terkenal ialah filsuf Itala Benedeto Croce (1886-1952) dengan karyanya yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris "aesthetic as Science of Expresion and General Linguistic". Beliau antara lain menyatakan bahwa "art is expression of impressions" (seni adalah pengungkapan dari kesan-kesan) Expression adalah sama dengan intution.
               Intitusi adalah pengetahuan intutif yang diperoleh melalui penghayatan tentang hal-hal individu yang menghasilkan gambaran angan-anag. Dengan demikian pengungkapan itu berwujud pelbagai gambaran angan-angan seperti misalnya images warna, garis dan kata.

b. Teori metafisik
               Teori seni yang bercorak metafisis merupakan salah satu teori yang tertua, yakni berasal dari Plato yang karya-karya tulisannya untuk sebagian membahas estetik filsafat, konsepsi keindahan dan teori seni. Mengenai sumber seni, Plato mengemukakan suatu teori peniruan (imitation theory). Ini sesuai dengan metafisika Plato yang mendalikan adanya dunia ide pada taraf yang tertinggi sebagai realita Ilahi. Pada taraf yang lebih rendah terdpat realita duniawi ini yang merupakan cerminan semu dan mirip realita Ilahi itu, Dan karya seni yang dibuat manusia hanyalah merupakan minemis (tiruan) dari realita Ilahi itu.

c. Teori psikologis
               Sebagian ahli estetik dalam abad modern menelaah teori-teori seni dari sudut hubungan karya seni dan alam pikiran penciptannya dengan mempergunakan metode-metode psikologis. Misalnya berdasarkan psikoanalisa dikemukakan teori bahwa proses penciptaan seni adalah pemenuhan keinginan-keinginan bahwa sadar dari seseorang seniman. Sedang karya seninya itu merupakan bantuk terselubung atau diperhalus yang diwujudkan keluar dari keinginan-keinginan itu.
               Suatu teori lain tentang sumber seni ialah teori permainan yang dikembangkan oleh Freedrick Schiller (1757-1805) dan Herbert Spencer (1820-1903). Meurut Schiller, asal mula seni adalah dorongan batin untuk bermain-main (play impulse) yang ada dalam diri seseorang. Seni merupakan semacam permainan menyeimbangkan segenap kemampuan mental manusia berhubungan dengan adanya kelebihan energi yang harus dikeluarkan.
               Sebuah teori lagi yang dapat dimasukkan dalam teori psikologi ialah teori penandaan (signification Theory) yang memandang seni sebagai suatu lambang atau tanda dari perasaan manusia. Menurut teori penandaan itu karya seni adalah iconic signs dari proses psikologis yang berlangsung dalam diri manusia, khususnya tanda-tanda dari perasaannya.

C. Keserasian
               Keserasian berasal dari kata serasi dan dari kata dasar rasi, artinya cocok, kena benar dan sesuai benar. Kata cocok, kena dan sesuai itu mengandung unsur perpaduan, pertentangan, ukuran dan keseimbangan.
               Karena itu dalam keindahan ini, sebagian ahli pikir menjelaskan, bahwa keindahan pada dasarnya adalah sejumlah kualitas/pokok tertentu yang terdapat pada sesuatu hal. kualitas yang paling sering disebut adalah kesatuan (unity), keselarasan (harmony), kesetangkupan (symetry), keseimbangan (balance) dan keterbalikan (contrast). Selanjutnya dalam hal ini keindahan itu dikatakan tersusun dari berbagai keselarasan dan keterbalikan dari garis, warna, bentuk, nada dan kata-kata. Tetapi ada pula yang berpendapat bahwa keindahan adalah suatu kumpulan hubungan yang serasi dalam suatu benda dan diantara benda itu dengan si pengamat.

a. Teori obyektif dan teori subyektif
               Pendukung teori obyektif adalah Plato, Hegel dan Bernard Bocanquat, sedang pendukung teori subyektif ialah Henry Home, Earlof Shaffesbury dan Emund Burke. Teori obyektif berpendapat, bahwa keindahan atau ciri-ciri yang mencipta nilai estetik adalah sifat (kualita) yang memang telah melekat pada bentuk indah yang bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya. 
               Teori subyektif, menyatakan bahwa ciri-ciri yang menciptakan keindahan suatu benda itu tidak ada, yang ada hanya perasaan dalam diri seseorang yang mengamati sesuatu benda. Yang tergolong teori subyektif ialah yang memandang keindahan dalam suatu hubungan di antara suatu benda dengan alam pikiran seseorang yang mengamatinya.

b. Teori perimbangan 
               Teori perimbangan tentang keindahan dari bangsa Yunani Kuno dulu dipahami pula dalam arti yang lebih terbatas, yakni secara kualitatif yang diungkapkan dengan angka-angka. Keindaha dianggap sebagi kualita dari benda-benda yang disusun (yakni mempunyai bagian-bagian). Hubungan dari bagian-bagian yang menciptakan keindahan dapat dinyatakan sebagi perimbangan atau perbandingan angka-angka.
Bangsa Yunani menemukan bahwa hubungan-hubungan matematik yang cermat sebagimana terdapat dalam ilmu ukur dan berbagi pengukuran proporsi ternyata dapat diwujudkan dalam benda-benda bersusun yang indah.  Menurut teori proporsi keindahan terdapat dalam suatu benda yang bagian-bagiannya mempunyai hubungan satu sama lain sebagi bilang-bilangn kecil.
               Teori perimbangan berlaku dari abad ke-5 sebelum masehi sampai abad ke-17 masehi selama 22 abad. Teori tersebut runtuh karena desakan dari filsafat empirisme dan aliran-aliran termasuk dalam seni. Bagi mereka keindahan hanyalah kesan yang subyektif sifatnya.

You Might Also Like

0 komentar